Sikapi #BoikotTrans7 Buntut Isu Pelecehan Kiai Lirboyo, Abdul Fikri Ginting Tuntut Media Nasional Introspeksi
Kontroversi tayangan program “Xpose Uncensored” di Trans7 yang dinilai melecehkan Kiai sepuh dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri menuai reaksi keras secara nasional, termasuk dari kalangan mahasiswa di Medan.
Abdul Fikri Ginting, yang merupakan Calon Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Medan Masa Khidmat 2025-2026, turut menyuarakan kecaman.
Fikri Ginting menegaskan bahwa isu #BoikotTrans7 yang viral adalah bentuk perlawanan moral terhadap upaya pembentukan narasi negatif oleh media terhadap simbol-simbol keagamaan.
”Apa yang terjadi dengan tayangan Trans7 mengenai Lirboyo dan Kiai adalah sebuah cermin betapa dangkalnya pemahaman sebagian pihak media terhadap kearifan lokal dan budaya pesantren,” ujar Abdul Fikri Ginting di Medan.
“Narasi yang seolah-olah menjelekkan praktik penghormatan santri kepada Kiai, bahkan menghubungkannya dengan kekayaan secara tendensius, adalah pelecehan terhadap adab dan martabat seluruh pesantren di Indonesia.”
Fikri, yang dikenal sebagai tokoh mahasiswa yang kritis, mendesak Trans7 untuk tidak hanya sekadar meminta maaf, tetapi juga melakukan reformasi total dalam kebijakan konten mereka.
”PMII Kota Medan pastinya mendukung penuh sikap tegas yang diambil oleh keluarga besar pesantren. Kehormatan Kiai dan Pesantren adalah harga mati bagi warga Nahdliyin dan seluruh umat Islam.
Kami menuntut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberikan sanksi tegas dan permanen untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang,” lanjutnya.
Menurut Abdul Fikri Ginting, kasus ini harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh industri penyiaran di Indonesia agar selalu menjunjung tinggi etika jurnalistik dan menghindari framing yang merusak citra lembaga yang dihormati masyarakat.
”Media seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai luhur bangsa, bukan sebaliknya menjadi alat untuk menodai kehormatan para ulama dan lembaga pendidikan agama,” tutupnya.