Harapan Baru: Israel dan Hamas Sepakati Untuk Melakukan Gencatan Senjata
Ruangkaji.id – Pada 19 Januari 2025, Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan dapat mengakhiri lebih dari 460 hari konflik yang telah menimbulkan penderitaan besar di Jalur Gaza. Kesepakatan ini diumumkan oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dalam sebuah konferensi pers di Doha. Dalam pernyataannya, Al Thani menekankan pentingnya gencatan senjata ini untuk memberikan kesempatan bagi bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur yang hancur akibat perang.
Gencatan senjata ini dirancang dalam tiga fase. Fase pertama akan mencakup pembebasan 33 sandera Israel oleh Hamas, yang terdiri dari perempuan, anak-anak, dan warga sipil berusia di atas 50 tahun. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan sejumlah tahanan Palestina. Fase kedua akan dimulai pada hari ke-16 gencatan senjata, dengan tujuan menyelesaikan pembebasan seluruh sandera yang tersisa dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Fase ketiga akan fokus pada pemulangan jenazah dan rencana rekonstruksi wilayah yang telah hancur.
Reaksi warga di Gaza terhadap kesepakatan ini sangat positif. Banyak orang berkumpul di jalan-jalan untuk merayakan berita tersebut, berharap bahwa mimpi buruk yang mereka alami selama lebih dari satu tahun akan segera berakhir. Salah satu warga, Randa Sameeh, menyatakan kebahagiaannya dengan mengatakan bahwa mereka akhirnya bisa melihat harapan untuk masa depan yang lebih baik setelah melewati masa-masa sulit.
Kesepakatan gencatan senjata ini juga memiliki konteks internasional yang penting, terutama menjelang pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, pada 20 Januari 2025. Trump sebelumnya menyatakan keinginannya untuk menyelesaikan konflik ini sebelum pelantikannya. Dengan adanya gencatan senjata ini, ada harapan baru bagi proses perdamaian yang lebih permanen antara Israel dan Palestina, serta pemulihan bagi masyarakat yang terdampak konflik berkepanjangan ini.
