Emosi Remaja yang Labil Dipengaruhi Oleh Pendidikan Orangtua
Ruang Kaji | 28 Mei 2024
Oleh : Safira Zahrani
Orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anak nya. Pendidikan dari orang tua sangat berperan penting bagi perkembangan emosi sang anak. Baik tidaknya pendidikan dari orangtua akan berpengaruh pada emosional sang anak. Orangtua perlu memahami bahwa kematangan emosi anak diusia remaja juga perlu dijaga dengan baik.
Tidak jarang emosi anak tidak stabil ketika dirinya merasa terlalu dibebaskan atau kurang mendapat perhatian dari orang tua. Faktor yang mempengaruhi remaja adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial yang pertama kali ditemui oleh anak adalah lingkungan keluarga. Yang mana orang tua berperan sangan penting dalam membimbing dan juga mendidik sang anak, salah satunya dalam mengontrol emosinya agar lebih stabil.
Pembentukan kematangan emosi tidak lepas dari peranan pola asuh orang tua, karena orang tua adalah orang pertama yang memiliki peranan dalam mengatur dan mendidik seorang remaja untuk memperoleh kematangan emosi yang baik. Masalah emosi yang terjadi pada remaja dapat diakibatkan salah satunya oleh pola asuh orangtua. Emosi yang labil disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah parah jika orang tua tidak mengerti apa yang terjadi pada anaknya, dan tidak bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel dan sebagainya.
Contohnya, ketika anak menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi tanpa memberikan penjelasan. Orang tua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu disaat ia sedang asyik bermain, misalnya untuk mandi. Selalu ikut campur dengan segala keinginan sang anak tanpa memeberinya kesempatan untuk berusaha sendiri dan menentukan pilihan nya. Mungkin orangtua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Ketika usianya beranjak dewasa ia tidak akan mampu dan tidak berani melawan kehendak oranglain. ini konflik yang akan merusak emosinya, yang mana emosinya menjadi labil dan tidak terbiasa dalam menentukan pilihan dan berakhir menjadi remaja yang ikut ikutan.
Maka dari itu, orangtua harus mampu menstimulasi anak-anak supaya dapat tumbuh menjadi remaja dengan emosi yang stabil. Orangtua dapat menanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi anak dengan orangtuanya. Dalam pendekatan ini orang tua diharapkan telah memiliki nilai-nilai keutamaan yang dengan tegas dan konsisten ditanamkan pada anak. Aturan mana yang boleh dilakukan, dan aturan mana yang tidak boleh dilakukan harus disampaikan dengan tegas, terus menerus dan dengan konsisten. Jika ia melanggar maka ia akan dikenai hukuman akan tetapi bukan berupa kekerasan. Stimulasi yang baik adalah dengan memberikan teladan dan contoh yang baik kepada anak dan melakukan pembiasaan prilaku seperti dibiasakan mengucapkan tolong, permisi, dan maaf. Selain itu, sadar atau tidak Orangtua selalu mempersiapkan anak untuk berprestasi, untuk berhasil, untuk menjadi pemenang. Tetapi orangtua lupa untuk mempersiapkan anak untuk menghadapi kegagalan, padahal gagal itu pasti, tetapi orang tua tidak mempersiapkan hal tersebut pada anak, sehingga anak tidak tau bagaimana cara menyikapi ataupun menghadapi sebuah kegagalan.
Ketika mulai beranjak remaja, orangtua tetap menjadi bagian penting bagi perkembangan emosional sang anak. orangtua mendorong remaja untuk bebas tetapi memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi verbal timbal balik biasa berlangsung dengan bebas, dan orangtua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati remaja.