All eyes on Papua
Setelah ramai tagar On Eyes on Rafah tak berselang beberapa hari tagar All Eyes on Papua menjadi trending.
Emang ada apa? Poster yang bertuliskan All Eyes on Papua yang berlatar belakang pohon gundul yang memenuhi lahan ini banyak beredar di media sosial termasuk X hingga Instagram. Poster itu bernada sama
dengan upaya masyarakat global yang menyuarakan penderitaan warga Palestina yang tengah dibombardir serangan Israel di Rafah.
Arti All Eyes on Papua dalam bahasa Indonesia berarti ‘semua mata tertuju pada Papua’. Itu bisa diartikan bahwa masyarakat peduli dengan apa yang tengah terjadi di Papua.
Ungkapan ini menunjukkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap hutan Papua yang disebut-sebut akan dijadikan lahan perkebunan sawit.
All Eyes on Papua berkaitan dengan permintaan masyarakat adat Awyu dan Moi agar hutannya dikembalikan dan diselamatkan dari pembukaan perkebunan sawit. Hendrikus Woro, pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu, mengatakan, lewat aksi damai ini, masyarakat adat suku Awyu dan suku Moi berharap MA menjatuhkan putusan hukum yang melindungi hutan adat mereka.
“Kami datang menempuh jarak yang jauh, rumit, dan mahal dari Tanah Papua ke ibu kota negara untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami yang dirampas dengan membatalkan izin perusahaan sawit yang kini tengah kami lawan ini,” ujarnya, Senin (3/6/2024)
Keberadaan perusahaan sawit PT IAL dan PT SAS akan merusak hutan yang menjadi sumber penghidupan, pangan, air, obat-obatan, budaya, dan pengetahuan masyarakat adat Awyu dan Moi. Hutan tersebut juga habitat bagi flora dan fauna endemik Papua, serta penyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar. Operasi PT IAL dan PT SAS dikhawatirkan memicu deforestasi yang akan melepas 25 juta ton CO2e ke atmosfer, memperparah dampak krisis iklim di tanah air.
Suku Awyu dan Moi telah melewati proses yang rumit demi mempertahankan hutan adat mereka. Meski putusan pengadilan yang dijatuhkan sebelumnya tak sesuai harapan, mereka tak berhenti menempuh langkah hukum.
“Perjuangan suku Awyu dan Moi adalah upaya terhormat demi hutan adat, demi hidup anak-cucu mereka hari ini dan masa depan, dan secara tidak langsung kita semua. Kami mengajak publik untuk mendukung perjuangan suku Awyu dan Moi dan menyuarakan penyelamatan hutan Papua yang menjadi benteng kita menghadapi krisis iklim,” kata Sekar Banjaran Aji, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia.
Hingga kini masyarakat adat suku Awyu dan suku Moi masih membutuhkan dukungan masyarakat
Penulis : Aini
Gambar : https://pin.it/2hvwRg4l2