Pemerataan Pembangunan Dari Batas Kabupaten Asahan, Mampukah Persoalan ini dituntaskan?
Oleh: Yuda Sahputra Tanjung
Kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten terbesar dan juga yang tertua di Sumatera Utara, Kabupaten yang berletak di semenanjung pantai timur Sumatera Utara ini dulunya meliputi Kabupaten Batubara pula sebelum akhirnya dimekarkan dan Menyisakan 25 Kecamatan Di Seluruh Wilayah Kabupaten Asahan.
Dalam Perjalanannya Kabupaten Asahan Memiliki Pemimpin yang silih berganti hingga saat ini dipimpin oleh Taufik-Rianto sebagai Bupati dan Wakil Bupati pada Periode 2025-2030 Kedepan.
Namun Catatan Hitam tak kunjung dapat Dituntaskan oleh pemerintah yang memimpin di Kabupaten Asahan ini Padahal umur Kabupaten Ini sudah menginjak 79 Tahun Terutama Masalah Infrastruktur Pendidikan Kesehatan hingga Kesenjangan Sosial.
Pembangunan Tata Ruang yang Tidak berkeadilan Mengakibatkan Keterbelakangan Pada Kecamatan yang Berada di seluruh tapal Batas Kabupaten Asahan ini Sebut Saja Asahan Atas Tepatnya Kecamatan Aek Ledong, Kecamatan ini Lebih Dikenal sebagai bagian Kabupaten Labuhanbatu Utara padahal masih menjadi bagian dari Asahan itu sendiri, hal ini terjadi akibat lemahnya pembangunan berkeadilan dan juga tugu penanda Batas Kabupaten Padahal Kecamatan Aek Ledong Ini berada Di jalan Nasional Jalan lintas Sumatra, pun hal senada terjadi di Kecamatan Aek Songsongan yang juga tak memiliki Tugu Batas Kabupaten padahal merupakan jalan Provinsi Sumatera Utara, Tak hanya Asahan atas hampir di seluruh perbatasan Kabupaten memiliki kondisi yang sama yakni tidak ada nya tugu batas Kabupaten.
Asahan sendiri sangat memfokuskan pembangunan di wilayah kota hingga berulangkali renovasi tugu kota kisaran tanpa memikirkan kecamatan lain yang berada di perbatasan kabupaten, padahal perbatasan lah yang menjadi wajah Kabupaten Asahan itu sendiri.
Belum lagi pemerataan pembangunan infrastruktur jalan Kabupaten yang masi sangat banyak harus dibenahi padahal jalan itu sendiri sangat tidak layak untuk di lalui oleh kendaraan seolah pemerintah tutup mata melihat keadaan internalnya sendiri, pendidikan yang tidak merata, pun dengan kesehatan masi banyak hal yang belum mampu dijangkau Kabupaten ini.
Sei Kepayang contoh nyata bobroknya pembangunan Kabupaten ini, pun dengan kecamatan lainnya yang berada di batas Kabupaten seolah masyarakat tidak membutuhkan akses untuk berlalu menuju kota kisaran lantas dimana keadilan itu.
Menjelang 1 abad Kabupaten ini apakah hal seperti ini harus turun temurun dari pemimpin lama ke pemimpin baru peralihan yang itu itu saja tidak ada konsep yang jelas, tidak ada masterplan yang mampu dijadikan landasan haruskah terus seperti itu, bukankah sudah saatnya berbenah pemerataan harus dijalankan.
Mereka yang berada di batas Kabupaten adalah bentuk sesungguhnya wajah Kabupaten Asahan dan harus mendapatkan treatment khusus serta perhatian yang lebih serius lagi sebab mereka yang berada di batas Kabupaten ini adalah bukti rasa bangga serta rasa cinta sesungguhnya kepada Kabupaten Asahan ini.