IMAN DAN ETOS KERJA ; OLEH: ZIKRI AKBAR, S.Sos.I
Iman merupakan mlik ruhaniah diri yang timbul dari dalam jiwa. Baik buruk pandangan seorang hamba, tergantung dari kadar dan kualitas keimanan yang kita miliki. Jika baik pandangan tuhan kepada hambanya, tentulah baik pula kualitas keimanan kita kepadanya. Sebaliknya, jika buruk pandangan tuhan terhadap seorang hamba,maka ada yang perlu dikoreksi dengan keimanan kita.Para ulama mendefinisikan iman sebagai pembenaranan didalam hati, diucapkan melalui lisan, dan di buktikan melalui amal perbuatan. Sehingga dalam defenisi ini, iman adalah kesinambungan antara 3 komponen yang saling tertau, yaitu hati, lisan, dan perbuatan.
Keimanan dalam diri seorang merupakan pondasi utama yang sudah seharusnya dimiliki dan terlebih diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari. Paling tidak, dengan pondasi keimanan mampu meningkatkan kualitas aktivitas seorang menjadi lebih baik dan berkualitas. Dalam tuntunan beragama, pemahaman tentang iman harus selaras dengan implementasi dalam tindakan amal shalih. Sehingga dalam aktivitas apapun nilai keimanan merupakan salah satu unsur terpentingyang harus diperhatikan. Oleh karenanya sebagai umat yang berketuhanan sudah seharusnya menjalankan amal kebaikan di dunia dengan pondasi keimanan. Salah satu perintah Islam kepada umatnya di dunia yaitu untuk bekerja. Allah SWT berfirman :
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. At Taubah 105)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah Swt telah jelas memerintahkan umatnya untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja. Analogi sederhana bagi orang-orang beriman, setiap perintah yang diberikan Allah akan dipahami sebagai kebaikan bagi seseorang tersebut. Sehingga perintah tersebut akan dijalankan sebaik-baiknya dengan selalu berlandaskan nilai-nilai keimanan. Nabi Muhammad Saw. juga pernah bersabda terkait pentingnya bekerja bagi umat Islam dan sebagai wujud aplikatof dari keimanan.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang Artinya: “Tidak seorangpun memakan satu makanan yang lebih baik dari apa yang dia makan dari hasil kerja kedua tangannya dan sesungguhnya Nabi Daud itu makan dari hasil kerja kedua tangannya”. (HR. Bukhori). Meskipun demikian, Islam bukan serta merta menempatkan perintah bekerja hanya sebagai formalitas perintah agama. Akan tetapi lebih dari itu, perintah bekerja merupakan salah satu implementasi dari bentuk keimanan dan ketaatan penuh kepada Allah SWT dengan melaksanakan pekerjaan sungguh-sungguh. Terlepas dari itu, logika sederhana bahwa bagi umat yang beriman, kerja akan dipahami sebagai salah satu bentuk ibadah dan pekerjaan tersebut akan dilakukan semaksimal mungkin.
Lebih dari itu, Toto Tasmara dalam bukunya “Etos Kerja Pribadi Muslim” juga menjelaskan bahwa cara pandang umat Islam dalam melaksanakan suatu pekerjaan harus didasarkan pada tiga dimensi kesadaran yaitu :a. Aku tahu (ma‟rifat, „alamat, epistemologi) b. Aku berharap (hakikat, ilmu, religiusitas) c. Aku berbuat (syari‟at, amal, etis). Dengan demikian, tampaklah bahwa kerja dan kesadaran kerja mempunyai dua dimensi yang berbeda menurut takaran orang beriman yaitu bahwa makna dan hakikat bekerja adalah fitrah manusia. Sedangkan kesadaran kerja akan melahirkan suatu nilai yang lebih bermakna dan mampu menuangkan idenya dalam bentuk perencanaan dan tindakan.
Dengan cara pandang seperti ini, maka sadarlah bahwa setiap manusia yang mengaku beriman tidaklah akan bekerja hanya sekedar untuk bekerja. Bukan sekedar mempertahankan eksistensi, melainkan lebih dari sekedar jasadi yaitu bahwa bekerja dengan kesungguhan adalah manifestasi kekuatan keimanan. Oleh karena itu pentinglah bagi umat yang beriman untuk melakukan pekerjaan tidak hanya berorintasi pada keduniaan, tetapi mesti diyakini bahwa ini adalah pengejawanthan dari nilai keimanan yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan tuhan. Nilai-nilai yang diyakini memiliki unsur ibadah yang sangat luhur inilah menurut Toto Tasmara dinamakan dengan etos kerja ilahiah. Semoga kiranya, dengan memaknai pekerjaan dengan makna transendesi (Ketuhanan), akan semakin memperbaharui etos kerja kita menjadi lebih baik dan berkualitas, sebagai bagian dari wujud keimanan dalam aplikatifnya.
download file bentuk PDF : IMAN DAN ETOS KERJA
OLEH: ZIKRI AKBAR, S.Sos.I
( Penyuluh Agama Islam Fungsional Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara)
Pingback: Memaknai dan Mengisi Kemerdekaan | Oleh ; Zikri Akbar, S.Sos.I - Ruang Kaji