BeritaSosial Masyarakat

Puluhan Aduan Pelecehan Seksual Dilakukan Aparat Penegak Hukum

Akhir-akhir ini banyak muncul kasus pelecehan yang melibatkan orang-orang yang mempunyai kuasa. Kekuasaan tidak hanya berada di tangan negara atau lembaga, tapi melekat di dalam relasi sosial sehari-hari, seperti antara dosen dengan mahasiswa, bos dengan anggotanya, atau pemuka agama dan jemaatnya. Mereka punya gelar, berseragam, berdiri di atas mimbar, kelas, dan jabatan tinggi. Tapi justru dari sanalah, kekuasaan dipakai untuk melampiaskan nafsu birahi mereka.

Sistem gagal ciptakan rasa aman. laporan Komnas Perempuan (2022) : 60% korban kekerasan seksual tidak melapor karena takut terhadap institusi pelaku.

Jika institusi pendidikan, agama, dan hukum tidak bertindak, maka kepercayaan publik dan keamanan moral bangsa akan runtuh. Ini bukan aib individu. Ini kegagalan sistemik.

Menurut riset Komnas Perempuan (2023), kekerasan seksual berbasis relasi kuasa meningkat, terutama di sektor pendidikan dan keagamaan. Dari sisi psikologi sosial, riset menunjukkan bahwa orang dalam posisi kuasa lebih mungkin melanggar norma sosial.

Kenapa hal ini darurat?

  • Korban anak-anak: Banyak korban adalah anak-anak, yang seharusnya mendapatkan perlindungan khusus.
  • Lambatnya Penanganan: Banyak kasus yang tidak ditangani dengan cepat dan tegas, bahkan ada yang diselesaikan secara damai tanpa sanksi yang jelas.
  • Pelaku berkuasa: Pelaku seringkali adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan atau kerrcayaan, seperti guru, penegak hukum, aparat, dokter dan lainnya.

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

  • Dukung korban: Percaya dan dengarkan cerita korban tanpa menghakimi
  • Edukasi diri dan orang lain: Tingkatkan kesadaran tentang pelecehan seksual dna cara mencegahnya.
  • Tekan institusi: Dorong institusi untuk bertindak tegas terhadap pelaku dan melindungi korban.

Indonesia darurat pelecehan seksual. Sebagai generasi muda, kita tidak boleh hanya berdiam diri mematung seolah-olah tidak ada huru-hara yang terjadi. Kita harus memiliki keberanian dan tetap menyuarakan isu ini.

 

Penulis: Aini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Copy link
Powered by Social Snap