Gunung Sampah Terbesar di Indonesia
Ruangkaji – Bantar Gebang merupakan sebuah kecamatan di kota Bekasi, provinsi Jawa Barat. Bantar Gebang ialah potret gunung sampah tertinggi dan terbesar di Indonesia, hadir sebagai tempat penampungan limbah ibukota. Tempat ini begitu disesasaki banyak sampah, terdiri dari jutaan tahun sampah yang menjulang hingga puluhan meter bau menyengat dan segerombolan lalat menjadi penghuni setia di atasnya.
Di Indonesia terdapat kawasan penampungan sampah akhir yang menjadi tempat utama pembuangan sekitar ribuan ton sampah per hari dari seluruh wilayah Jakarta dan Bekasi. Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantar Gebang atau yang disingkat TPSP Bantargebang, memiliki total luas area 117 hektar namun begitu, tidak semua area ini dijadikan zona pembuangan sampah, beberapa titik difungsikan sebagai lahan hijau, gedung perkantoran, pabrik pengolahan dan berbagai fasilitas lainnya.
Bantar Gebang telah menampung banyak sampah selama puluhan tahun. Tercatat tempat ini mulai beroperasi semenjak tahun 1989. Terdapat dua area pembuangan di sini. Area pertama, TPA Bekasi yang menjadi tempat pembuangan sampah dari Kota Bekasi dan area kedua yakni, yang terbesar yaitu TPSP DKI Jakarta, yang menjadi tempat penampungan dan pengolahan sampah dari wilayah Jakarta. Apa yang membuat tempat ini begitu mencuri perhatian banyak orang? tentu saja karena hamparan sampah yang begitu luas sejauh mata memandang.
Kondisi TPSP Bantargebang saat ini sudah terisi 39 juta ton sampah atau sekitar 80% dari kapasitas, jika dilakukan perbandingan maka luas total Bantar Gebang setara dengan 200 lapangan sepak bola, belum lagi tumpukannya yang menjulang tinggi layaknya gunung diperkirakan tinggi tumpukan sampah ada yang mencapai 40 meter dan ini mungkin setara dengan tinggi gedung 16 lantai. Fakta tersebut menjadikannya sebagai yang terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Gunung sampah yang ada, terbentuk dari kumpulan sampah yang dikirim dari berbagai wilayah di Jakarta. Ada sekitar 200 mobil pengangkut sampah yang masuk Bantar Gebang perharinya, setiap kendaraan yang masuk ke TPSP Bantar Gebang akan didata, divalidasi dan ditimbang dengan sistem yang terintegrasi dengan komputer. Selanjutnya, sampah-sampah dibongkar dari truk ke titik pembuangan sampah yang ada lalu, diratakan dan ditumpuk secara bertingkat menggunakan banyak alat berat. excavator bekerja menaikkan sampah secara berjenjang hingga membentuk gunung sampah yang menjulang tinggi, di lapisan paling puncak buldozer bertugas meratakan sampah ke berbagai sudut hingga memiliki kepadatan yang sama.
Kondisi Bantar Gebang mungkin terlihat begitu buruk bagi banyak orang. Potret mencekam bercampur dengan aneka bau busuk semerbak menyengat indra penciuman, menjadikan hamparan sampah ini bak neraka yang dihindari. Namun demikian, ketahuilah sebenarnya banyak orang yang menggantungkan hidupnya di sini, di atas gunung sampah. Ada sekitar 6000 pemulung yang mengais rezeki memilih dan memilah sampah yang dapat mereka jual untuk menyambung kehidupan. Meskipun hanya sampah, ini semua bak bermata bagi mereka. Barang bekas yang terkumpul selanjutnya dijual ke pengepul dan dari sini mereka bisa meraup 100 hingga 300 ribu rupiah per harinya. Bantar Gebang memiliki peran vital bagi para pemulung, pengepul dan penggiling yang bekerja secara informal, mengambil potensi ekonomi dari sampah yang dibuang.
Menurut sebuah penelitian, mengungkapkan bahwa perputaran uang hasil penjualan sampah di TPSP Bantar Gebang sangat besar yakni mencapai 149 miliar rupiah per tahun. Fenomena warung di atas hamparan sampah juga menjadi secuil pemandangan unik yang menyita perhatian. Namun begitu, kehadiran warung ini menjadi sebuah bukti kejelian manusia dalam melihat peluang usaha beratapkan terpal ala kadarnya, gubuk reot ini menjadi tempat pelepas dahaga dan peristirahatan sementara pemulung. Jangan berharap kenyamanan di warung ini, berdiri tepat di atas sampah, lalat dan bau adalah kawan setia yang selalu hadir menemani mereka yang seharian berjumpa dengan sampah. Biasanya, mereka akan beristirahat membeli sebungkus nasi dilengkapi segelas minuman dingin menjadi asupan penambah energi untuk melanjutkan kembali perjuangan mencari rezeki. Pemulung bermukim di sekitar area yang tak jauh dari tempat pembuangan sampah Bantar Gebang. Bedeng dan gubuk-gubug sederhana menjadi rumah tempat mereka melepas lelah setelah seharian bergelut dengan tumpukan sampah. Sebagai tempat pengelolaan sampah terpadu, TPSP Bantar Gebang memiliki kemampuan mumpuni untuk mengolah sampah yang ada, pada akhirnya sampah-sampah ini mengalami proses lanjutan, tujuan dari semua itu adalah menyulap sampah menjadi lebih bermanfaat seperti, merubah gas yang dihasilkan sampah menjadi listrik melalui proses powerhouse atau menciptakan pupuk kompos yang bersumber dari sampah organik yang telah dipisahkan melalui berbagai tahapan.
Jadi intinya, sampah yang sangat banyak ini tidak dibiarkan begitu saja menumpuk di area Bantar Gebang melainkan, akan diproses selanjutnya hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Namun, karena volume sampah yang masuk ke sini begitu besar, mencapai ribuan ton perharinya, mengakibatkan penumpukan yang berujung pada terciptanya gunung sampah. Singkatnya, sampah yang ditampung di Bantar Gebang menjadi sebuah gambaran betapa besarnya volume sampah yang dihasilkan ibukota namun, itu adalah sebuah konsekuensi dari meningkatnya populasi yang mungkin tak terhindarkan, belum lagi tingkat kesadaran kita yang masih rendah dalam mengurangi penggunaan plastik yang sulit terurai. Selain itu, apa yang terjadi di atas tumpukan sampah Bantar Gebang juga merupakan sebuah potret tentang kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan ribuan pemulung di Bantar Gebang adalah contoh nyata yang mendeskripsikan itu semua.
Penulis : Aini