CerpenTulisan

CERPEN : Anak Spesial

Allah mencipatakan manusia dan memberikan kehidupan sesunggunya untuk diberi ujian. Seperti saat kita ingin masuk kesekolah yang bagus, kita harus diuji terlebih dulu agar tau apakah kita pantas berada disana atau tidak. Begitu juga dengan kehidupan ini, Allah memberikan masalah-masalah dan cobaan dalam hidup untuk menguji kita apakah kita pantas untuk ,endapatkan yang lebih baik dari yang kita miliki saat ini. Tapi sampai sekarang masih banyak saja manusia yang sangat sulit untuk menerima ujian-ujian yang diberikan Allah. Baru diberi sedikit masalah, mereka langsung frustasi, putus asa bahkan banyak yang sampai bunuh diri. Mereka merasa bahwa mereka adalah manusia paling sengsara disini. Tapi apakah mereka pernah berfikir bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus itu mencoba untuk tetap bertahan hidup dalam keterbatasannya. Bagiku mereka itu anak-anak spesial, knapa spesial? Karna mereka bisa tetap bertahan hidup dalam kerasnya dunia ini.
***
Matahari bersinar sangat terik, panas cahayanya seakan ingin membakar kulitku. Aku ingin menambah laju keretaku agar cepat sampai kerumah. Tapi itu nggak mungkin, bisa-bisa hancur keretaku kalau harus dibawa kebut-kebutan dijalan batuan berlubang kayak gini. Setelah 30 menit menegendarai sepeda motorku akhirnya aku sampai. Setelah mengucap salam akupun masuk kedalam. Kulihat Mama sedang duduk bersama adikuu Mei. “kenapa mei kok cemberut gitu mukanya?” tanyaku padaMei yang malah dijwab Mama “Ngeluh.. katanya capek tiap pulang sekolah harus jalan kaki.” Aku menghembuskan nafas ya memang jarak dari rumahku kesekolah memang cukup jauh. “ya mau gimana lagi Mei, disyukurin aja apa yang ada jangan kebanyakan ngeluh. Memang siapa yang mau jemput mei kakak sekolah, kak Muti jugak sekolah. Bapak sama Mamak jugakan harus kerja. Lagian Mei kan nggak jalan sendiri tapi bareng temen-temen Mei.” Kutatap wajah adikku, wajahnya masih cemberut seakan nggak perduli dengan ucapanku. “Mei mau denger cerita nggak?” Mei menatapku kemudian dudukdisebelahku. “Kamu kenal Febi kan? Anak yang sekolah dipaud Mama. Kakak bakal cerita tentang dia, dan teman kecil kakak.” Mei mengernyitkan dahi “knapa ceritain mereka? Memang apa spesialnya?” aku tersenyum kemudian menjawab “mereka spesial, sangat spesial.”
***

Febi Aku bertemu dengannya di Paud milik Mama saat aku singgh kesana. Aku menyapanya, tapi dia menjawabku dengan kalimat yang tidak aku fahami. Aku bertanya pada mama, mama bilang dia mengalami Down syndrom. Dulu aku pernah mencaritau tentang penyakit ini lewat internet. Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik yang khas. 0,13 persen anak indonesia juga mengalami penyakit yang sama.
Aku kembali menatap Febi. Anak itu datang kearahku kemudian langsung duduk dipangkuaku, aku memberikan senyum terbaikku padanya. Melihat Febi aku jadi teringat teman kecilku, dia adalah anak yang sangat periang. Andin ya namanya adalah Andin.
***
“Zahra ada Andin itu diteras, temenin dulu dia main.” Aku berjalan keteras rumah,dan kulihat Andin sedang disana memainkan bonekaku. Aku duduk disebelahnya dan kami mulai asyik dengan dunia kami sendiri. Andin adalah seorang anak yang mengidap penyakit Down syndrome. Aku suka Andin dia adalah anak yang sangat ceria, tapi karna penyakit nya ia sulit untuk bicara. Bukan hanya aku, tapi tetangga-tetangga yang lain juga sangat sayang pada Andin. Andin sering main kerumah tetangga-tetangganya. Saat orangtuanya kerja Andin tinggal sendiri dirumahnya, karna itu dia bebas pergi kemanapun dia suka. Andin paling sering main kerumahku, karna rumahku bersebelahan dengan rumahnya. Andin adalah sosok yang cukup mandiri untuk seorang anak berkebutuhan khusus. Setelah bermain cukup lama, rasa kantukkupun datang. Kami berhenti bermain,aku tidur dan Andin main ketempat syifa teman kami juga.
~
aku mengerjapkan mataku mengumpulkan nyawa yang seakan hilang saat aku tertidur. Aku mendengar suara gemercik air dari luar, dan benar diluar sedang hujan. Aku membuka jendela, kemudian hembusan angin langsung menyambutku. Kepandang keluar jendela, daun-daun seakan menari gembira menikmati air hujan yang jatuh mengenainya. Ahhh aku jadi ingin main hujan, biasanya saat hujan aku pasti langsung berlari keluar bersama andin. Aku mencondongkan kepalaku keluar jendela untuk melihat rumah Andin, tapi kemudia aku mengernyitkan dahiku. Kenapa dirumah Andin ramai orang! Aku keluar kamar mencari mencari Mama.tapi mama tidak ada didalam rumah. Aku keluar kemudian kulihat mama sedang duduk diteras rumah Andin dengan Mamanya Syifa. Aku berlari kerumah Andin, dan tak memperdulikan air hujan yang mengguyur tubuhku. “Mama knapa rumah Andin ramai? Andin mana Ma?” Mama tersenyumkemudian berdiri dan memegang tanganku “Kita pulang dulu ya…nanti Mama cerita dirumah.”
~
Kubenamkan wajahku diatas bantal sambil terus menangis. Kamar ini, hanya menjadi saksi bisu pecahnya isak tangisku. Dadaku sesak, rasanya aku belum bisa menerima kenyataan ini. Aku kehilangan temanku, teman yang sangat ceria, teman spesialku. Aku kehilangan Andin untuk selamanya. Andin meninggal dengan cara yang sangat mengenaskan. Ia jatuh kesumur dan baru disadari saat kedua orangtuanya pulang. Tapi semua itu hanyanyalah pengandaian yang nggak akan mungkin terwujudkan. Kenapa anak seceria Andin bisa meninggal dalam kondisi mengenaskan seperti ini. Kemana semua orang yang katanya sayang Andin, kenapa nggak ada yang bisa mnyelamatkan Andin. Andai saja aku tetap menemaninya bermain, andai saja aku tidak membiarkannya pergi. Tapi semua itu hanyanyalah pengandaian yang nggak akan mungkin terwujudkan. Tapi apalah dayaku, aku hanya anak kelas 3sd yang masih berumur 8tahun. Aku kembali menatap keluar jendela, hujan diluar sudah mereda. Kini menjelma menjadi gerimis, yang suaranya terdengar pilu dihati. Seakan alam ikut bersedih atas kepergiannya.
***
Aku tersenyum sambil mengusap kepala adikku. “nggak semua apa yang kamu inginkan harus terwujudkan Mei. Syukuri aja apa yang sudah ditetapkan Allah untuk kita, banyak loh orang-orang dilluar sana yang lebih sesengsara kehidupannya. Mei ingat nggak Bintang dilaskar pelangi. Dia rela naik sepeda belasan kilo untuk sekolah. Mei baru jalan berapa kilo aja udah ngeluh. Mulai sekarang syukuri aja ya Mei, insyaAllah Allah pasti beri kemudahan. Faham kan?’’ Mei mengangguk mantap kemudian memelukkku. “oh iya Ma Febi sekarang gimana?” tanya ku pada Mama “Ohh iya mama lupa kasih tau kamu Ra, Febi udah pindah ke SLB sejak sebualan yang lalu.” Aku tersenyum bahagia. Alhamdulilah semoga Febi bahagia disekolah barunya.
***
Kita perlu berjuang untuk hidup, bukan hidup yang berjuang untuk kita. Aku menatap kaca yang memantulkan diriku disana. Terimakasih Ya Allah terimakasih atsa kesempurnaan fisik yang telah kau berikan padaku. Aku harap nggak akan ada lagiAndin Andin lain di Negri kita Indonesia. Mau bagaimanapun mereka itu anak-anak spesial yang membutuhkan perhatian dari kita, yang diciptakan Allah dengan kesempurnaan fisik.
Kawan.. janagn terlalu banyak mengeluh, lihat mereka anak-anak yang diciptakan dengan keterbatasan. Mereka berjuang untuk hidup dikerasnya dunia. Mereka tetap semangat walau terkadang sering mendengar cacian dari orang-orang. Dan buat Teman-temanku, anak-anak sepesial lainnya. Tetap semangat ya menjalani hidup, jangan pernah malu dengan keterbatasanmu. Kamu sepesial, kamu memang memiliki keterbatasan tapi aku yakin kamu pasti memiliki banyak kelebihan. Ingat… Hidup akan benar-benar menjadi hidup, jika kita tau apa makna hidup yang sesungguhnya. Dan hidup yang sesungguhnya adalah saat dimana kita mampu mensyukuri segala sesuatu, dan tetap bersyukur atas masalah-masalah dalam hidup. Semoga sukses kawan.

Penulis : Safira
Poto : @_safirazh_

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Copy link
Powered by Social Snap