BeritaKajianTulisan

BUDAYA SEBAGAI FONDASI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL

OLEH: RIZKI ADHA SIMATUPANG, S.M. (Mahasiswa Magister USU)

Ruangkaji.id – Sosial budaya adalah suatu tatanan dalam kehidupan masyarakat yang meliputi elemen-elemen, seperti adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, dan moral. Sosial budaya biasa juga disebut kebudayaan secara universal. Sosial budaya lahir dari pola pikir dan akal budi manusia-manusia yang hidup di dalam masyarakat. Andreas Eppink (1946), seorang ahli berbagai bidang yang menciptakan model Eppink dan mengembangkan analisis psikologi kebudayaan, mengemukakan pengertian sosial budaya sebagai segala sesuatu yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu dan menjadi ciri khasnya. Artinya sosial dan budaya adalah dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan, karna pengaruhnya sama sama berdampak pada perilaku masyarakat dalam berkehidupan, peluang dan tantangan ini yang harusnya menjadi titik sentral bagi pemerintah dalam mencari formula kebijakan tersebut.

Tampak upaya pemerintah untuk menjadi fasilitator perkembangan kebudayaan dengan menyediakan ruang ekspresi seni budaya. Gejolak geopolitik dunia dewasa ini menunjukkan ketahanan sudah waktunya tidak lagi dibaca secara sempit sebagai kekuatan militer dan pembangunan infrastruktur belaka. Ketika kedua hal tersebut menemui titik rentan atau bahkan titik kejatuhannya, masyarakat dengan keinginan bersama untuk memperjuangkan kebebasan dan perdamaian telah menunjukkan kekuatannya dalam mengatasi tantangan yang teramat besar. Dalam hal ini, kebudayaan memiliki kemampuan transformatif dalam membentuk resiliensi dan ketahanan sosial, atau kemampuan masyarakat untuk bangkit kembali ketika berhadapan dengan suatu permasalahan.

Pemerintah melalui Kementrian Kebudayaan RI Bapak Fadli Zon menyampaikan pesan “Hal ini juga menegaskan urgensi membangun demokrasi yang berakar pada sejarah, budaya, dan kearifan lokal kita. Dengan membangun demokrasi yang berpijak pada budaya, kita tidak hanya menjaga identitas bangsa, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia di panggung dunia. Kami berkomitmen untuk memfasilitasi riset, mengembangkan kebijakan berbasis budaya, serta mendukung karya-karya intelektual.

Dalam konteks Indonesia, sepanjang hampir 80 tahun perjalanannya sebagai sebuah negara, peran keragaman budaya bagi ketahanan sosial dan inklusivitas bak pisau bermata dua. Pada satu sisi, interaksi lintas budaya menjadi gelanggang untuk membangun pemahaman dan kebersamaan; di sisi lain, perbedaan identitas budaya juga tidak jarang menjadi pemantik kesalahpahaman dan konflik. Di antara dua titik ekstrem tersebut, diperlukan suatu upaya berkelanjutan untuk memaksimalkan potensi budaya dalam menguatkan kolaborasi masyarakat di tengah keragaman yang ada .

Potensi itu selama ini agaknya terhambat karena sektor kebudayaan belum dipandang sebagai elemen penting dalam pembangunan. Selama ini keberhasilan pembangunan hampir selalu dinilai dari angka- angka–peningkatan pada nilai produk domestik bruto atau pemasukan devisa. Hal yang demikian ini menempatkan manusia sebagai bagian dari ekosistem budaya hanya sebagai objek dalam pembangunan. Peran masyarakat tidak lebih dari menjadi objek dan penonton yang tidak memiliki agensi sebagai pihak yang turut serta dalam upaya pembangunan melalui gerakan partisipatoris yang melibatkan kerja-kerja kolaboratif.

Begitu pun pemahaman umum terhadap budaya seringkali hanya berhenti pada wujudnya sebagai produk, seperti bangunan-bangunan candi, pertunjukan tarian, atau bentuk-bentuk kesenian yang kasat mata lainnya. Hal ini mengerdilkan peran dan posisi kebudayaan sebagai sebuah strategi dalam membangun pemahaman bersama. Untuk memaknai dan menempatkan kebudayaan sebagai strategi mewujudkan ketahanan sosial, kita perlu memahaminya sebagai suatu ekosistem yang mewadahi berbagai ragam nilai dan bentuk ekspresi.

Toleransi dan apresiasi atas keragaman merupakan dimensi fundamental dari masyarakat yang inklusif dan resilien. Dengan merayakan keragaman, terdapat pengakuan dan penghargaan atas perbedaan sehingga masyarakat dapat bergerak dari pelabelan dan pengkategorisasian ke arah interaksi yang sifatnya lebih inklusif. Pada akhirnya sosial budaya juga berperan dalam membentuk identitas suatu masyarakat dan individu. Nilai-nilai, tradisi, dan kebiasaan yang ada dalam suatu budaya dapat mempengaruhi cara berpikir, perilaku, dan pandangan hidup individu serta pola interaksi sosial yang terjalin dalam masyarakat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.

Copy link
Powered by Social Snap