Lapangan Pekerjaan di Indonesia Semakin Sulit, WNI Menjadi Korban di Negara Lain
Ruangkaji.id – Seorang pria muda asal Bekasi Jawa Barat tewas di Kamboja beberapa waktu lalu, setelah menjadi korban dugaan tindak pidana perdagangan orang. Diduga korban tewas setelah ginjalnya diambil paksa dan hingga kini pihak keluarga korban masih belum mendapatkan keadilan atas kematian korban.
Kepergian Soleh Darmawan ke Thailand Februari lalu tak pernah disangka akan berakhir tragis oleh keluarga. Keluarga mengetahui Saleh yang berusia 24 tahun berangkat ke negeri Gajah Putih untuk bekerja sebagai koki setelah lulus kuliah jurusan tataboga, rupa-rupanya Saleh tak pernah sampai ke Thailand, melainkan ke Kamboja. Saleh yang sempat berkomunikasi dengan keluarga tak pernah berbicara soal tempat kerjanya, namun tiba-tiba keluarga mendapatkan kabar pada bulan berikutnya, yaitu 3 Maret bahwa Saleh telah meninggal dunia. Keluarga pun merasa ditipu, mereka tahu Saleh berangkat ke Thailand lewat bantuan teman Saleh yang menawarkan gaji tiga kali lipat dari upah yang diterima di Indonesia. Proses pemulangan Saleh pun tidak mudah. Setibanya jenazah di rumah duka pada 15 Maret, keluarga mendapati luka sobekan di perutnya seperti sobekan di perutnya.
Selain itu Menteri P2MI juga melarang seluruh warga negara Indonesia bekerja di wilayah-wilayah rawan perdagangan orang. Kementerian P2MI tidak ada kerja sama penempatan ke Kamboja ke Thailand dan Myanmar. Hingga saat ini, keluarga masih membutuhkan jawaban mengenai kematian Saleh yang tewas setelah jadi korban perdagangan orang.
Kasus yang sama dengan Saleh Darmawan nampaknya bukan menjadi korban terakhir dari dugaan tindak pidana perdagangan orang di Kamboja. Di Jember, Jawa Timur, seorang ibu kehilangan dua anaknya yang diduga diperdagangkan di Kamboja. Dua warga asal Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Jember, Jawa Timur, diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang di Kamboja. Korban mendapatkan ancaman dan dimintai uang tebusan hingga ratusan juta dari seseorang yang mengaku pihak perusahaan yang mempekerjakan kedua korban. Kedua korban kemudian berhasil kabur dan saat ini meminta bantuan pemerintah untuk memulangkan mereka. Kedua korban, masing-masing Thariq Wahid Ismail dan sang adik Balqis Safira berangkat ke Kamboja dengan iming-iming gaji besar di perusahaan periklanan. Keduanya pun berangkat ke Kamboja pada Oktober 2022, namun sesampainya mereka di sana, mereka malah disekap dan diperlakukan kasar. Mereka kemudian berhasil kabur ke KBRI di Nompen.
Setelah banyaknya kasus-kasus seperti ini, kalau misalkan teman rukajiers ingin bekerja diluar negeri dan harganya menyangkut keselamatan hidup, kalian harus pertimbangkan baik-baik. Apakah iming-iming dari pendapatan besar itu memang sepadan? Jangan mudah tergiur dan percaya kalau misalkan keselamatan kalian yang menjadi taruhannya.
Penulis: Aini