Zikri Akbar, S.Sos.I – Nias Utara : Potret Indonesia Damai
Nias Utara : Potret Indonesia Damai
Oleh: Zikri Akbar, S.Sos.I
(PENYULUH AGAMA ISLAM FUNGSIONAL KABUPATEN NIAS UTARA)
Dalam data Indeks Kerukunan Ummat beragama yang dikeluarkan oleh Kementerian agama Republik Indonesia Tahun 2021, menempatkan Provinsi sumatera Utara sebagai provinsi paling toleran dan rukun se Pulau Sumatera dengan perolehan Indeks sebesar 77,4, disusul dengan Sumatera selatan Sebesar 71,5, dan sumatera Barat sebesar 70,5. Tentu capaian perolehan yang diraih oleh Provinsi Sumatera Utara bukanlah tanpa alasan, Sumatera Utara lekat dengan daerah yang multi etnis, budaya, ragam bahasa daerah, dan ragam agama ada disana.
Berdasarkan fakta dan data diatas, penulis tertarik mengulas salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Nias Utara. Kabupaten Nias Utara adalah satu DARI 33 Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nias Utara Tahun 2021, penduduk kabupaten ini pada tahun 2020 berjumlah 147.274 jiwa, dengan dengan kepadatan 119 jiwa/km2, dan pemeluk agama Kristen Protestan 79,59% – Katolik 15,06% Islam 5,31% Kepercayaan 0,03% Budha 0,01%, Ibukota Nias Utara berada di kecamatan Lotu (Wikipedia).
Dalam data diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Nias utara adalah kabupaten yang masih begitu muda usianya dengan kondisi multi etnis, budaya, serta agama di dalamnya. Tetapi sejauh yang diamati sampai hari ini, Conflict interest yang terjadi ditengah-tengah masyarakat nyaris tak pernah terdengar, meskipun ada tetapi tidak menimbulkan kegaduhan yang berkepanjangan. Mengedepankan nilai kekeluargaan dan meniscayakan terhadap perbedaan adalah merupakan kunci harmoni dalam keberagaman. Bahkan sudah menjadi satu tradisi dan kebiasaan, jika ada ada acara atau kegiatan pada penganut agama Kristen, maka umat islam juga ikut hadir dalam kegiatan itu dengan tidak melanggar syari’at dan rambu-rambu yang melekat pada umat islam. Begitu juga sebaliknya, jika umat islam ada acara dan kegiatan, maka umat Kristen juga turut hadir dalam kegiatan tersebut dengan tidak melanggar aturan-aturan kegamaan yang melekat pada umat Kristen.
Filosofi tari maena
Tari adalah salah satu gerakan keindahan yang memiliki falsafah dan historis yang mendalam dalam tiap gerakannya. Ada beberapa tarian yang unik dan menarik di Indonesia, salah satunya adalah Tari Maena. Apa sih itu tari maena? Secara umum, tari maena merupakan salah satu tarian yang dikembangkan oleh Nias, Sumatera Utara, Indonesia. Diantara berbagai macam tarian tradisional dari suku Nias, tarian yang satu inilah yang menjadi salah satu tarian terpopuler.
Bagaimana dengan makna tari maena ini? Pada umumnya, tari maena ini memiliki makna yang sangat bermakna untuk warga masyarakat yang ada di suku Nias, Sumatera Utara. Tarian yang berasal dari Nias ini memiliki makna yang menggambarkan tari tersebut sebagai kemeriahan, kegembiraan hingga kebersamaan. Dan tari ini sudah diadakan secara langsung mulai dari dulu hingga saat ini.
Gerakan dari tari maena ini terlihat sangat mudah untuk dilakukan, bahkan hampir semua warga masyarakat yang ada disekitarnya bisa melakukannya. Gerakan yang dimiliki oleh tarian ini akan memperlihatkan gerakan dari tangan dan kaki yang bergerak secara maju-mundur dan kiri-kanan dengan seirama. Umumnya, susunan dari tarian ini berbentuk barisan lingkaran dan disesuaikan dengan kondisi ataupun situasi yang ada di acara tersebut. Jumlah penari terdiri atas berbagai orang, dimana ini tidak ditentukan berapa wanita ataupun pria.
Bagian menarik yang dimiliki oleh tarian ini bisa dilihat pada pembacaan sebuah rangkaian pantun. Seringkali rangkaian pantun tersebut akan diiringi oleh gerakan tari maena. Pantunnya akan berisikan tentang kata-kata yang hanya disesuaikan dengan acara tersebut. Pembacaan pantun akan terdiri satu hingga dua orang yang menyampaikannya dengan bahasa lancar suku Nias. Orang yang menyampaikan pantun tersebut akan disebut sebagai Sanutuno Maena.
Tari maena memiliki falsafah yang mendalam bagi masyarakat nias, secara historis tarian ini adalah cerminan dari kehangatan dalam keragaman yang ada. Ini menjadi angina segar bagi Indonesia yang juga memiliki ragam etnis, budaya dan agama, ditengah kemelut yang tengah terjadi di tengah-tengah kita, krarena keterbatasan kita dalam memaknai perbedaan, tetapi Nias hadir memberikan percontohan bahwa perbedaan itu hukanlah sumber perpecahan, namun sebagai kekuatan dalam membangun kebersamaan. Catatan historis yang memilik refleksi luar biasa dalam bingkai kebhinekaan dan keindonesiaan. Bahwa berbeda adalah keniscayaan, kebersaaman adalah kekuatan, bersaudara adalah manifestasi kebhinekaan.